Bismillah
Jarak antara rumah saya dengan tempat kuliah memang sangat jauh, bahkan sangat sangat jauh, yaitu rumah saya di Lombok sedangkan kampus berada di Bandung. Untuk bepergian bolak - balik yang biasanya ketika liburan selalu saya lakukan dengan menggunakan moda transportasi udara, pesawat terbang. Sejak pertama kali saya naik pesawat, saya memang selalu setia terbang dengan maskapai Lion Air. Selain tarif yang relatif lebih murah dari yang lain, juga karena selama ini saya merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan, di luar banyak orang yang mengatakan service Lion Air sering menyusahkan penumpang, tapi alhamdulillah saya selama ini tidak pernah mendapatkan kesusahan seperti itu. Terhitung saya sudah bepergian naik pesawat sebanyak enam kali. Yang ingin saya ceritakan di sini adalah penerbangan saya yang ke-enam bersama Lion Air yaitu pada saat saya harus kembali ke Bandung selepas libur semester ganjil 2011/2012, tepatnya pada hari Minggu, 19 Februari 2012. Bisa saya katakan penerbangan tersebut merupakan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan karena suatu hal telah terjadi. Berikut ceritanya:
Lion Air Boeing 737-900 ER |
Pada saat itu, saya mengambil penerbangan pagi Lion Air Lombok (LOP) - Jakarta (CGK) dengan Boeing 737-900 ER, karena memang tidak ada direct flight Lombok - Bandung. Sebagai tambahan informasi penerbangan ini merupakan penerbangan pertama yang berangkat dari Bandara Internasional Lombok (BIL) pada waktu itu. Saya dan penumpang lainnya boarding pukul 06.00 WITA dan pesawat lepas landas sekitar pukul 06.15 WITA dari BIL.
Dari Apron BIL |
Pemandangan pertama yang saya dapatkan ketika memasuki pesawat adalah banyak penumpang ibu - ibu dan anak - anak serta balita di sekitar tempat duduk saya, kebetulan saya dapatkan tempat duduk di deretan belakang karena agak terlambat check-in . Namun ada yang aneh saat itu, ketika pesawat mulai bergerak meninggalkan apron dan heading to Run-Away ada seorang bayi yang dipangku ibunya duduk dua deret di sebelah kanan depan saya mulai menangis, seketika itu pula perasaan saya mulai tidak karuan dan agak resah. Do'a terus dipanjatkan dan mencoba meneguhkan hati dengan bismillah.
Setelah pesawat lepas landas dan mulai mencari ketinggian semestinya, bayi tersebut berhenti menangis dan saya melihatnya telah tertidur dan alhamdulillah saya sedikit tenang. Cuaca di atas langit Lombok - Bali saat itu cerah dan menggembirakan, meskipun sebetulnya ketika saya berjalan di apron bandara tadi terlihat mendung dan agak gelap. Pesawat terus melaju dengan normal dan biasa saja sampai akhirnya terdengar suara dari Pramugari menggunakan phone dalam pesawat menghimbau seluruh penumpang untuk kembali ke tempat duduk dan mengencangkan sabuk pengaman karena keadaan cuaca di depan tidak terlalu bersahabat. Waktu itu saya prediksi kita sedang mengudara di atas Jawa Timur - Jawa Tengah. Hal aneh terjadi kembali, bayi tersebut kembali menangis dan tidak bisa ditenangkan oleh siapapun dalam pesawat, saya kembali resah dan terus berdo'a. Tepat sekitar 5 menitan setelah pengumuman tersebut dan bayi menangis, hal yang tidak diinginkan terjadi, pesawat mengalami turbulensi hebat dan kuat yang seketika itu pula membuat pesawat tersebut terasa terhempas ke atas, saya sempet mendengar suara Kapten Pilot agak kaget melalui pengeras suara. Penumpang yang baru saja mau kembali dari toilet terjatuh di ruang pesawat dan merungkuk. Sesaat kemudian, pesawat seperti terjun bebas dengan sangat cepat yang terasa sebanyak tiga kali, Allahuakbar, Allahuakbar.. tangisan dan do'a terdengar, penumpang perempuan dan anak-anak menangis histeris, Bapak-Bapak yang duduk di sebelah saya mulai berdo'a dan dzikir terus terdengar, saya tidak bisa lagi menyembunyikan ketakutan dan kepasrahan, terus berdo'a dan memikirkan bagaimana nasib kami nantinya. Namun, alhamdulillah Allah masih menghendaki kami untuk selamat dari maut, Pilot kembali berhasil mengendalikan pesawat dan naik kembali ke ketinggian sebenarnya meskipun pesawat agak goyang karena tebalnya awan. Do'a dan teriakan takbir terus berkumandang diiringi tangisan penumpang lainnya memikirkan nasib kami. Hal ini terus dilakukan hingga mendarat. Sungguh Allah maha kuasa atas segala-galanya. Allahuakbar!!
Dan anehnya lagi, setelah kejadian tersebut, bayi yang membawa petunjuk tersebut berhenti menangis dan tertidur pulas sampai mendarat dengan selamat di Soekarno Hatta Airport. Momen sebelum mendarat kembali membuat suasana dalam pesawat tegang karena cuaca buruk menyambut kami ketika memasuki udara Tangerang, hujan cukup lebat dan awan tebal mengiringi proses mendarat pesawat kami. Kejadian turbulensi hebat tadi nampaknya mempengaruhi sebagian besar penumpang sehingga kembali menangis dan resah. Saya sendiri terbawa suasana dan ikut tegang dan resah, udara terasa sangat dingin dan gelap di luar. Proses mendarat sendiri berjalan normal sesuai prosedur, namun seperti yang saya tuliskan tadi bahwa sebagian penumpang masih terbawa suasana turbulensi hebat (trauma) sehingga membuat kembali terdengarnya tangisan.
Allahuakbar!! pendaratan berjalan normal dan selamat sampai di apron Soetta hingga pesawat berhenti pada tempatnya. Suksesnya pendaratan membuat kami semua meneriakkan syukur atas Allah SWT dan takbir bersama atas lindungan-Nya. Bayi tadi masih saja tertidur, orang-orang kemudian menciumi bayi tersebut dan memeluknya, seorang Bapak-Bapak berkata pada sang Ibu: "Jaga anakmu baik - baik, dia tadi sudah memberikan kita petunjuk." Ibu bayi tersebut menangis haru memeluk bayinya.
Apron Soekarno-Hatta Airport for Lion Air |
Saya sendiri lebih mem-point-kan satu hal, yaitu bahwa saya harus sangat mengapresiasi dan standing applause untuk pilot Lion Air saat itu yang berhasil kembali mengendalikan pesawat dengan tepat. Kita tidak pernah tahu kondisi alam seperti apa yang menanti kita ketika dalam penerbangan, dan contohnya adalah yang saya alami ini. Namun, alhamdulillah Allah menganugerahkan kepada pilot tersebut kemampuan untuk mengendalikan pesawatnya dengan benar. Sekali lagi, alhamdulillah.
Pengalaman yang menegangkan, namun sebaiknya dijadikan pelajaran bagi kita semua. Semua hanya milik Allah SWT.
Lion Air Logo |
Sekian cerita saya dari berbagai pengalaman terbang yang saya dapatkan. Yang satu ini memang sangat berkesan dan tidak akan saya lupakan, meskipun sebenarnya bagi sebagian besar orang hal ini sangat menakutkan dan bisa membuat trauma. Bagi saya, Allah tahu yang terbaik untuk semua umat-Nya.
Terima Kasih
NB: Jika ada kesalahan, mohon bantu saya memperbaikinya dengan memberikan keterangan yang benar di comment box agar tidak ada pihak yang dirugikan. Karena tulisan ini semata-mata untuk membagi pengalaman agar dijadikan pelajaran berharga bagi kita semua. Semua isi tulisan ini bersumber dari pengalaman pribadi saya, dan tidak ada yang dibuat-buat.
Sumber gambar:
Lion Air Boeing 737-900 ER: Sumber
Apron BIL: http://www.bumn.go.id/angkasapura1/files/2011/10/BIL-6.jpg
Apron Soekarno-Hatta Airport for Lion Air: Sumber
Lion Air Logo: http://www.akarpadi.com/wp-content/uploads/2008/10/logo_lion.jpg
9 komentar:
subhanallah gan,,, inspiratif sekali....
Makanya itu saya kena Aviophobia mas, tapi berhubung pekerjaan mengharuskan sering terbang naik pesawat; ya dinikmati saja... hehehehe...
Menarik pengalamannya sob, boleh di comot tulisan ini untuk www.inilahmataram.com dan www.tabayyunews.com / dua-duanya media di NTB. thanks
@Jhellie Maetro: silahkan boleh, akan tetapi sebelumnya saya boleh tau mau dimasukkan dalam rubrik apa? dan apakah mencantumkan sumber atau tidak?
menurut saya sebaiknya mencantumkan sumber dari blog saya :)
Terima kasih
Allahuakbar, menakutkan sekali ceritanya, saya jadi takut untuk terbang pake pesawat gan.
tapi Allah maha kuasa, ingat terus kepada Allah, Allah pasti melindungi kita terus :)
Lomboknya lombok mana?
kamis 12 Februari 2015 menjadi pengalaman terburuk saya saat naik pesawat. padahal pesawat yang saya naiki pesawat nomor 1 terbaik di negeri ini.
membawa trauma selama 12 jam buat saya.
saya mencari-cari pembanding cerita-cerita pengalaman yang menyeramkan agar bisa membuat saya bangkit lagi dan lebih beryukur akan kondisi yang pernah saya alami
Itu kerja dari awan cb, asal pilot tenang pesawat modern gak bakal jatuh, seandainya jatuh masih posisi seimbang karena ada outo pilot, sehingga sempat pakai pelampung, kecuali pilotnya ngawur coba menaikkan Pesawat sehingga sudut moncong melebihi 15 derajat, maka tinggal tunggu Allohu Akbar, karena pasti Accelerate Stall.
Thank You and that i have a keen offer you: Whole Home Renovation Cost home renovators
Post a Comment