Wednesday, March 27, 2013

Akibat Tidak Tenang Menghadapi Masalah

Salam Fazword.

Setiap Kejadian Dalam Hidup Memiliki Makna

Image by: promagmulia.com
Pernahkah teman-teman mengalami sebuah kegalauan karena suatu masalah, lalu mengambil keputusan yang salah? Jika ia, kita senasib.
Pernahkah teman-teman mengalami panggilan mendadak harus segera kembali ke kantor atau kampus dari liburan di kampung halaman? Jika sudah, kita senasib.
Liburan semester genap tahun 2013 saya habiskan di Pare dua minggu dan di rumah di Lombok selama tiga minggu. Berdasarkan kalender akademik kampus, liburan semester itu berakhir tanggal 16 Februari dan masuk kuliah kembali tanggal 18 Februari. Dengan jadwal seperti itu, saya nyaman membeli tiket pesawat dari Lombok ke Jakarta untuk tanggal 16 Februari. Apalagi, waktu itu saya mendapatkan tiket promo Garuda Indonesia hanya 750rb. Siapa yang tidak mau tiket Full Service jika harganya masih lebih murah dari Low Cost?. 

Akan tetapi, tepat Selasa, 12 Februari saya mendapatkan telpon dari kampus mengabarkan bahwa saya harus mengikuti wawancara beasiswa kunjungan industri pada hari Kamis, tanggal 14 Februari. Ada perasaan sangat senang waktu itu karena wawancara tahap 1 saya dinyatakan lulus, juga ada perasaan tidak  enak karena saya wajib memajukan perjalanan dan mengurangi waktu bersama keluarga. Di sinilah saya mulai panik, bingung, dan ada juga perasaan galau. 

Pikiran saya waktu itu remang-remang antara berangkat atau tidak. Jika saya berangkat, maka saya akan banyak meninggalkan beberapa kewajiban yang belum saya laksanakan di Lombok. Jika tidak berangkat, peluang mendapatkan beasiswa dipastikan tertutup. Pikiran-pikiran lain pun ikut menyeruak mengakibatkan saya tidak tenang seharian. Keadaan seperti ini yang banyak membuat orang salah membuat keputusan yang ujungnya merugikan. Dan, nasib berkata bahwa saya juga harus merasakan kerugian itu.

Kerugiannya dimulai ketika saya memikirkan tiket pesawat. Yang ada di pikiran saya seharian adalah bahwa saya harus membeli tiket baru lagi dan membuang tiket sebelumnya karena tidak bisa di reschedule ataupun refund, maka pasti biaya menjadi dua kali lipat. Padahal, sangat berat akan membebani orang tua lagi untuk beli tiket. Pikiran ini terus sepanjang hari. Orang tua dan kakek saya yang datang waktu itu menasehati saya agar berangkat saja, berapapun biayanya insya Allah ada. Kejar dulu impian mendapatkan beasiswa itu, mungkin ini kesempatan kamu, katanya. Saya juga berpikiran seperti itu, tapi tetap saja perasaan berat itu ada. Sampai akhirnya jalannya memang harus seperti itu. Seorang teman memberitahu bahwa harga tiket untuk penerbangan besok Lion Air sedang murah di bawah tarif promo. Harganya waktu itu 610rb. Langsung terbersit pikiran berangkat. Saya beritahukan kepada orang tua, dan orang tua tentu saja untuk anaknya akan berkorban dan mengiyakan saya untuk membeli tiket.

Sore itu, menjelang maghrib akhirnya saya berangkat membeli tiket ke bandara langsung, meskipun perasaan berat "membuang uang" karena harus menghanguskan tiket Garuda. Selama perjalanan, pikiran saya adalah langsung membeli tiket di counter Lion Air mumpung murah sebelum dibeli orang. Saya berencana ke counter Garuda untuk menanyakan boleh tidaknya di-reschedule. Sesampai di bandara, saya langsung ke counter Lion Air dan alhamdulillah tiket Lion Air yang dimaksud masih tersedia dan saya membelinya. Sip, tiket Lion Air sudah ditangan. Tiket Garuda juga masih ditangan dan masih berlaku. 

Saya kemudian pindah ke counter Garuda, di sana saya menanyakan boleh tidaknya di-reschedule. Dan, Surprise!!!! Ternyata BISA dan hanya perlu membayar 100rb untuk dipindahkan ke penerbangan hari Rabu itu juga. Astaghfirullah... Ya Allah, ampuni hambaMu ini.

610rb rupiah sudah masuk di Lion Air, padahal seharusnya saya hanya perlu mengeluarkan 100rb untuk tetap terbang dengan tiket sebelumnya. Oh Allah, hambaMu ini memang salah. Saya sadar, bahwa seharian ini, saya benar-benar galau, berpikir tidak tenang. Pada akhirnya, salah mengambil keputusan seperti ini. Kalau saja saya berpikiran untuk ke counter Garuda terlebih dahulu, tentu saja biaya yang saya keluarkan tidak akan sebanyak itu. Akan tetapi, nasib berkata lain dan Allah menakdirkan saya untuk terbang bersama Lion Air. Bukan untuk disesali, melainkan untuk diambil hikmahnya, kata orang tua saya waktu itu.

Di rumah, saya masih tidak habis pikir betapa ruginya saya hari ini. Orang tua sebenarnya tidak mempermasalahkan kesalahan saya ini, tapi tentu saja saya masih berat dan merasa sangat bersalah. Astaghfirullah....
Saya seharusnya lebih tenang, berpikir lebih jernih dalam menyikapi situasi seperti hari itu. Tapi, semua orang tentu saja sudah punya garis nasib masing-masing. Dan saya hari itu adalah seperti itulah saya hari itu. Pada akhirnya, saya tidak terlalu menyesalinya. Yang paling penting adalah saya bisa mengambil banyak hikmah dan pelajaran, salah satunya adalah Jangan panik, tenang, dan tetap berpikir jernih seberat apapun kesusahan yang sedang dihadapi. Tentu saja Setiap Kejadian Dalam Hidup Memiliki Makna.  

Kata-kata di ataspun menjadi kesimpulan saya, bahwa sepatutnyalah manusia menyikapi segala cobaan dengan tenang, berpikir jernih dan selalu mohon petunjuk sang Maha Kuasa.
Sekian, ini adalah salah satu contoh betapa ruginya seseorang jika tidak tenang dalam menghadapi masalah. Semoga dapat menginspirasi kita semua dari catatan saya ini.


Terima kasih








Catatan Perjalanan dengan Lion Air >> menyusul

3 komentar:

Hanna Ester said...

Wuiiihhh sayang bgt ya..
Bisa jadi uang saku itu padahal..

Sabar yaa kaka :)

Kak aku mau ke lombok nih utk pertama kalinya, bisa minta tolong ga???
#ciyuusss

Fathul Azis said...

Iyah, bener, bisa jadi uang saku liburan :)

Bener nih? Kapan? Saya bisa bantu apa ni? :D

mohamad rivai said...

emang sapa yang sabar, pasti dapet hasilnya.
nggak nyambung :p

RINJANI :((

Post a Comment

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))